Ambisi Megawati untuk menguasai suara Sumatera dengan
memegang kunci Sumatera yaitu Sumatra Utara, akhirnya kandas. Tokoh
kharismatik Djarot, dengan kemampuan bisa meraih suara dimanapun
terjegal di Sumut.
Djarot yang setengah dipaksa (sengaja dipasang di Sumatera Utara utuk menggulung suara pada pilpres 2019) justru menghancurkan karier Djarot selama ini.
Di Jawa Megawati bersedih dengan gagalnya Syaifullah Yusuf dan tumbangnya pasangan Hasanudin-Anton. Tampaknya kehancuran tidak lagi menggerogoti kusen-kusen tetapi juga telah merapuhkan pondasi.
Jawa timur yang terbagi histories budaya dan juga peta politik 4 wilayah Marataman, Arek, Pandalungan dan Madura itu tak bisa dibaca PDI. Kekuatan Mataraman di berbagai kabupaten kota yang otomatis melekat dengan PDI dan Bung Karno, tak sanggup mengimbangi daerah Arek Pandulangan dan juga Madura yang merupakan gudang pondok pesantren lebih memihak Kofifah.
Puti yang bau kencur di PDI dan masyarakat luas baru mengenalnya akhir-akhir ini dipaksakan mendampingin tokoh Syaifullah Yusuf diharapkan dapat memenangkan pilkada dikarenakan merupakan putri Guntur Soekarnoputra itu tak menjadi harapan PDI. Daerah Mataraman yang erat dengan Bung Karno di Jawa timur yang cukup besar itu ternyata banyak yang memilih pindah dari historia masyarakatnya yang erat dengan Bung Karno yang nota bene PDI.
Ambisi Muhaemin Iskandar untuk mendampingi Jokowi dalam pilpres kini hanya lamunan, Bayangan Jawa dikuasai PDI kandas dalam pilkada.
Muhaemin dan Syaifullah Yusuf yang dititipkan Mendiang Gusdur ke Megawati sebagai keponakan-keponakan tersayang Gusdur, termasuk masa depannya pada Megawati itu, kini berakhir pasrah. Belum lagi di beberapa partai pendukung Jokowi telah pula menyiapkan kadernya seperti Erlangga Hartarto dari Golkar.
Partai Muhaimin PKB di Jawa hanya menang di Jawa Barat itupun tidak mengusung kadernya seperti PPP yang menempatkan kader sebagai wakil Gubernur mendampingi Ridwan kamil.
Sedang di Jatim, Kakak Kandung Muhaemin, Syaifullah yang berdampingan dengan Puti tak berdaya melawan Kofifah Indarparawangsa. Akankah Muhaemin akan terus berjuang untuk terus mencalonkan diri mendampingi Jokowi dalam pilpres, sepertinya semakin tipis saja.
Djarot yang setengah dipaksa (sengaja dipasang di Sumatera Utara utuk menggulung suara pada pilpres 2019) justru menghancurkan karier Djarot selama ini.
Di Jawa Megawati bersedih dengan gagalnya Syaifullah Yusuf dan tumbangnya pasangan Hasanudin-Anton. Tampaknya kehancuran tidak lagi menggerogoti kusen-kusen tetapi juga telah merapuhkan pondasi.
Jawa timur yang terbagi histories budaya dan juga peta politik 4 wilayah Marataman, Arek, Pandalungan dan Madura itu tak bisa dibaca PDI. Kekuatan Mataraman di berbagai kabupaten kota yang otomatis melekat dengan PDI dan Bung Karno, tak sanggup mengimbangi daerah Arek Pandulangan dan juga Madura yang merupakan gudang pondok pesantren lebih memihak Kofifah.
Puti yang bau kencur di PDI dan masyarakat luas baru mengenalnya akhir-akhir ini dipaksakan mendampingin tokoh Syaifullah Yusuf diharapkan dapat memenangkan pilkada dikarenakan merupakan putri Guntur Soekarnoputra itu tak menjadi harapan PDI. Daerah Mataraman yang erat dengan Bung Karno di Jawa timur yang cukup besar itu ternyata banyak yang memilih pindah dari historia masyarakatnya yang erat dengan Bung Karno yang nota bene PDI.
Ambisi Muhaemin Iskandar untuk mendampingi Jokowi dalam pilpres kini hanya lamunan, Bayangan Jawa dikuasai PDI kandas dalam pilkada.
Muhaemin dan Syaifullah Yusuf yang dititipkan Mendiang Gusdur ke Megawati sebagai keponakan-keponakan tersayang Gusdur, termasuk masa depannya pada Megawati itu, kini berakhir pasrah. Belum lagi di beberapa partai pendukung Jokowi telah pula menyiapkan kadernya seperti Erlangga Hartarto dari Golkar.
Partai Muhaimin PKB di Jawa hanya menang di Jawa Barat itupun tidak mengusung kadernya seperti PPP yang menempatkan kader sebagai wakil Gubernur mendampingi Ridwan kamil.
Sedang di Jatim, Kakak Kandung Muhaemin, Syaifullah yang berdampingan dengan Puti tak berdaya melawan Kofifah Indarparawangsa. Akankah Muhaemin akan terus berjuang untuk terus mencalonkan diri mendampingi Jokowi dalam pilpres, sepertinya semakin tipis saja.